Senin, 29 Maret 2010
Tuhan, aku akan tidur detik ini juga.. dan aku mohon.. bangunkan aku esok pagi.. Izinkan aku untuk menikmati serbuk mentari di latar rumahku, izinkan aku untuk mencium bau hujan yang dingin, izinkan aku untuk menyapa dunia saat fajar menyingsing. Dan, izinkan aku berharap sembuh dari sakitku ini, sekali lagi, aku mohon ya Tuhan..
Siang menyapa dengan tawanya yang terik. Aku terperangah melihat sebongkah hati yang menungguku, dan akan datang untuk hapuskan senduku. Tak mau lagi menunggu, tak mau lagi berjalan dengan semu, aku akan berjalan dengan cerita lama yang iringi hidup baruku. Jiwaku tetap menari, bibirku tetap tersenyum, karena aku akan tetap menjadi aku.
Persahabatan, persaudaraan, atau hubungan apapun, jika awalnya hanya tercipta dari rasa iba, pada akhirnya hanya akan menyakiti dan menindas secara tak langsung. jika yang melakukannya hanya 1 orang, mungkin masih bisa diatasi. namun jika satu orang itu mencabangkan kawanannya? ketegaran sebesar apa yang mampu menanggulangi terkamannya?
Terhenyak saat menyadari betapa kebaikan itu merupakan sebuah kelangkaan yang harus di bayar dengan jutaan cara. Tak ada lagi ketulusan di dalam bingkisan kebaikan itu. Selalu ada syarat di dalamnya. Harus begini, harus begitu. Tapi biarlah. Jika memang itu nyatanya, biarkan aku yang memberi ketulusan itu pada mereka. Tanpa mengeluh dan tanpa pamrih.
hening yg penuh kesibukan. puluhan cerita lewat begitu saja di telinga tanpa ku dengar dan kucerna. aku sibuk dengan tarian tanganku. goresan demi goresan tertata membentuk satu bidang utuh. ruang persegi yang mati, namun dapat menjadi syarat tertinggi untuk keluar dari belenggunya. ku diam dan ku selesaikan dengan tekun. demi orangtuaku disana.
Terlunta dalam kebisingan yang membakar, terduduk diam dalam gerai yang marak akan dentang waktu yang maju.. menuju dunia baru dengan lambat, menyeret semua cerita di lapisan lama yang menunggu untuk ku bawa kesana.. kututup buku ke sembilan, dan ku buka jilid sepuluh, mencoba menggores setiap helainya dengan saputan yang lebih beragam warnanya.
Quote 7
Mataku lelah terjaga karena kinerja otak yang tak juga melemah. Berhenti dan diam, stabil dengan jeda yang singkat, namun kembali berdentum tanpa inginku. Tubuh ini lelah. Otak ini penat. Lepaskan? Sama saja dengan bunuh diri. Jalan saja terus dan biarkan semua mengeruk tiap sel di tubuhmu. Pasrah.
Quote 6
Menjelang tengah malam. Kalut dengan imaji yang nyaris lumpuh. Kubuka kembali pikiranku, dan mencoba menatanya. Sendiri, kalut, labil. Bongkahan durja rubuh satu per satu. Dan hatiku? Nihil.
Quote 5
Menertawakan 1 bingkai yang sama, mereka membicarakan kesenangan itu berulang-ulang, menjatuhkan, merutuk, dan tertawa lagi. Menyenangkan, memang. Tapi kesenangan itu hanya berujung pada 1 hal. Statis.
Quote 4
Merasakan sendiri pengkotakan itu membuatku berbeda. Dianggap namun diasingkan. Setidaknya aku masih dapat bernafas, melihat, mendengar, merasa, dan bergerak.. Itu sudah lebih dari cukup.
Quote 3
Menikmati setiap tetes rinai hujan dengan segelas susu dan tutur-tutur cerita keluarga kecilku. Nyaman
Quote 2
“Melihat sorot dua refleksi alam dari dua layar proyeksi yang berbeda, nyata dan maya, namun sama-sama menyenangkan.”
Quote 1
“Berbahagia itu tinggal bagaimana kita bisa merangkai kenangan-kenangan pahit dengan mimpi-mimpi para jiwa yang penuh seringai tawa kemenangan hidup. Semakin kita berbahagia menghadapi kesulitan, semakin kita memenangkan satu per satu episode hidup yang datang silih berganti.”
Kamis, 04 Maret 2010
Warna yang Sempurna
Kupu-kupu terbang meninggi..K
epak sayapnya hadirkan satu kisah..
Dimana kecantikan mereka adalah perjuangan..
Terbang..
Meninggi..
Dan semakin tinggi..
Semakin jauh..
Semakin cantik hiasinya..
Sepadan jika berselimut pelangi..
Merah..
Kuning..
Hijau..
Dan sekawanannya..
Ceria antara garis spektrum dan kepakan seirama..
Dengan senyuman sang surya..
Tarian awan yang berarak penuh kelembutan..
Membuat sayap rapuhnya berpendar..
Dan menunjukkan pada dunia..
Bahwa keindahan adalah..
Kolaborasi dari segala yang saling melengkapi..
epak sayapnya hadirkan satu kisah..
Dimana kecantikan mereka adalah perjuangan..
Terbang..
Meninggi..
Dan semakin tinggi..
Semakin jauh..
Semakin cantik hiasinya..
Sepadan jika berselimut pelangi..
Merah..
Kuning..
Hijau..
Dan sekawanannya..
Ceria antara garis spektrum dan kepakan seirama..
Dengan senyuman sang surya..
Tarian awan yang berarak penuh kelembutan..
Membuat sayap rapuhnya berpendar..
Dan menunjukkan pada dunia..
Bahwa keindahan adalah..
Kolaborasi dari segala yang saling melengkapi..
Tapi, Yang, Dengan....
Aku bernyanyi tanpa nada..
Senandung bisu..
Yang ungkapkan riak segara..
Terkoyak memberontak..
Dengan kekuatan yang lemah..
Keinginan yang urung..
Cerah yang mendung..
Perlawanan yang ringkih..
Tapi aku tetap berjalan..
Tegak dengan rapuhku..
Senyum dalam airmata..
Semua bukan palsu..
Tapi aku tak mampu berteriak..
Tak seorangpun mendengar..
Hanya ada enggan..
Menangkan angkuh mereka..
Sama..
Arogan dan munafik..
Seakan hanya akulah binatang hina..
Senandung bisu..
Yang ungkapkan riak segara..
Terkoyak memberontak..
Dengan kekuatan yang lemah..
Keinginan yang urung..
Cerah yang mendung..
Perlawanan yang ringkih..
Tapi aku tetap berjalan..
Tegak dengan rapuhku..
Senyum dalam airmata..
Semua bukan palsu..
Tapi aku tak mampu berteriak..
Tak seorangpun mendengar..
Hanya ada enggan..
Menangkan angkuh mereka..
Sama..
Arogan dan munafik..
Seakan hanya akulah binatang hina..
Saat Kau Menangis (2nd song by Ciquita)
Malam itu..
Saat aku di sampingmu..
Ku melihatmu terdiam..
Hening tanpa suara..
Dan dirimu..
Menyiratkan sgala gundah..
Yang berkecamuk di hati..
Keruhkan anganmu..
Saat kau menangis..
Saat kau terluka..
Ku tak sanggup melihatnya..
Tak sanggup melihatmu berlinang air mata..
Tapi ku di sini..
Dan kau tak sendiri..
Karena ku menemani,
Menghapus air mata,
Dan..
Menyembuhkan luka..
Oh pintaku..
Jangan kau menangis lagi..
Karna akupun terluka..
Saat kau menangis..
Saat aku di sampingmu..
Ku melihatmu terdiam..
Hening tanpa suara..
Dan dirimu..
Menyiratkan sgala gundah..
Yang berkecamuk di hati..
Keruhkan anganmu..
Saat kau menangis..
Saat kau terluka..
Ku tak sanggup melihatnya..
Tak sanggup melihatmu berlinang air mata..
Tapi ku di sini..
Dan kau tak sendiri..
Karena ku menemani,
Menghapus air mata,
Dan..
Menyembuhkan luka..
Oh pintaku..
Jangan kau menangis lagi..
Karna akupun terluka..
Saat kau menangis..
Misteri Sosoknya
aku masih berdiri..
ditengah mudaku..
pertanyaan di darahku..
dan jawaban di nadiku..
satu sorot mata..
membuatku terhenyak..
betapa tajam tariannya..
melukai yang mengagumi..
tak pernah lepas dari dinginnya..
aku memuja tatapan itu..
ada kehangatan dalam jantung..
dimana senyumnya bertumpu sekejap..
dan disinilah nafasku tertahan..
kekaguman yang menjalari otakku..
mematikan sejenak nadi dan jantungku..
betapa indah sosoknya..
aura kegelapan yang menyenangkan..
seakan ancaman bagi sekitarnya..
tapi misterinya..
bukan ancaman bagiku..
tapi..
harapan untuk mencinta..
ditengah mudaku..
pertanyaan di darahku..
dan jawaban di nadiku..
satu sorot mata..
membuatku terhenyak..
betapa tajam tariannya..
melukai yang mengagumi..
tak pernah lepas dari dinginnya..
aku memuja tatapan itu..
ada kehangatan dalam jantung..
dimana senyumnya bertumpu sekejap..
dan disinilah nafasku tertahan..
kekaguman yang menjalari otakku..
mematikan sejenak nadi dan jantungku..
betapa indah sosoknya..
aura kegelapan yang menyenangkan..
seakan ancaman bagi sekitarnya..
tapi misterinya..
bukan ancaman bagiku..
tapi..
harapan untuk mencinta..
Menepis Angin
Kurasa samar hembusan yang sama dari masa lalu..
Menggapaiku dengan lembut, tanpa ku sadari paksaannya..
Nyaris dengan kekasaran, aku terhenyak..
Merasakan ternyata aku masih dapat berairmata..
Dia datang bukan dengan inginku,
Angin hangat yang menentramkan sanubari lemah yang pernah terguncang..
Angin itu datang dengan sosok yang berbeda,
Meluluhlantakkan semua perjuangan yang telah ku tata dengan jeda yang panjang..
Bagus, sekarang semua itu kembali menghantamku..
Bukan aku tak suka..
Dan bukan berarti aku menikmati..
Tolonglah, angin.. Katakan apa maumu..
Akan aku lakukan keinginanmu tanpa ku harus menyakiti jika kau memang mencinta..
Namun jangan datang lagi jika kau hanya ingin bermain-main dengan angkuhku yang telah ku bangun terhadapmu..
Tembok yang kokoh runtuh seketika dengan kelembutan helaimu..
Tarian yang gemulai menyapa tiap tatakannya setiap kau hadir..
Angin yang hangat, mengapa kau datang dengan sosok yang berbeda?
Dan mengapa kau datang dengan benang yang lebih rumit?
Mengapa tak datang dengan sosok yang sama, sehingga aku tinggal meluruskan benang itu atau memotongnya sekalian..
Itu akan menjadi lebih mudah untukku, daripada berputar-putar seperti ini..
Arungilah ruangmu sendiri..
Jangan masukki ruanganku yang sudah tenang tanpa hembusan hangatmu..
Mungkin memang kalian tak sama, namun rasa yang kalian bawa adalah kesetaraan yang seimbang..
Untuk kali ini, aku tak akan mengusirmu dari hidupku..
Aku akan membiarkanmu tetap berhembus disekitarku tanpa aku harus menikmati setiap jengkal kelembutan belaimu..
Tanpa sadar, kau telah menjadi jurik untukku..
Membuatku menutup diri terhadap segala sesuatu yang indah dan menyenangkan..
Ya, itu yang telah kau lakukan kepadaku di bawah sadarmu..
Belum puaskah dirimu..?
Menggapaiku dengan lembut, tanpa ku sadari paksaannya..
Nyaris dengan kekasaran, aku terhenyak..
Merasakan ternyata aku masih dapat berairmata..
Dia datang bukan dengan inginku,
Angin hangat yang menentramkan sanubari lemah yang pernah terguncang..
Angin itu datang dengan sosok yang berbeda,
Meluluhlantakkan semua perjuangan yang telah ku tata dengan jeda yang panjang..
Bagus, sekarang semua itu kembali menghantamku..
Bukan aku tak suka..
Dan bukan berarti aku menikmati..
Tolonglah, angin.. Katakan apa maumu..
Akan aku lakukan keinginanmu tanpa ku harus menyakiti jika kau memang mencinta..
Namun jangan datang lagi jika kau hanya ingin bermain-main dengan angkuhku yang telah ku bangun terhadapmu..
Tembok yang kokoh runtuh seketika dengan kelembutan helaimu..
Tarian yang gemulai menyapa tiap tatakannya setiap kau hadir..
Angin yang hangat, mengapa kau datang dengan sosok yang berbeda?
Dan mengapa kau datang dengan benang yang lebih rumit?
Mengapa tak datang dengan sosok yang sama, sehingga aku tinggal meluruskan benang itu atau memotongnya sekalian..
Itu akan menjadi lebih mudah untukku, daripada berputar-putar seperti ini..
Arungilah ruangmu sendiri..
Jangan masukki ruanganku yang sudah tenang tanpa hembusan hangatmu..
Mungkin memang kalian tak sama, namun rasa yang kalian bawa adalah kesetaraan yang seimbang..
Untuk kali ini, aku tak akan mengusirmu dari hidupku..
Aku akan membiarkanmu tetap berhembus disekitarku tanpa aku harus menikmati setiap jengkal kelembutan belaimu..
Tanpa sadar, kau telah menjadi jurik untukku..
Membuatku menutup diri terhadap segala sesuatu yang indah dan menyenangkan..
Ya, itu yang telah kau lakukan kepadaku di bawah sadarmu..
Belum puaskah dirimu..?
Lihat Aku dari Sana
12-12-2009..
Aku mengarungi setiap jengkal dimana kekasihku dulu menemui maut..
Dimana ia dengan lincahnya mengarungi keharibaanNya..
Mengingatkanku kembali, betapa aku sangat mencintainya..
Sangat mengharapkan kepulangannya..
Aku merindukan kesederhanaan yang selalu ia bawa dalam pesonanya..
Aku merindukan senyum yang selalu hiasi kokoh wibawanya..
Aku merindukan bagaimana ia memperlakukanku dengan begitu baik..
Aku.. Tanpanya.. Hampa..
Tak pernah ku terusik dengan kehadiran beberapa dewa-dewa baru dalam hidupku..
Tak pernah ku merasa terganggu..
Dan tak pernah cintaku padanya berkurang sejengkalpun..
Disini.. Tempatnya terakhir bernafas..
Disini.. Tempatku memulai berdiri..
Disini.. Tempat hidupnya berakhir..
Disini.. Tempat hidupku dimulai..
... Lihat aku disini, dari langit tempatmu terjaga sekarang
Lihat, aku bisa tegar seperti pesanmu dahulu..
Lihat, aku tak lagi menangis setiap hari seperti dahulu..
Lihat, aku bisa menyembunyikan sakitku..
Lihat, aku bisa tertawa dimana saja..
Lihat, ketegaranku melawan segala yang menghalau tapak kaki kecilku..
Ini semua karena tulusmu yang pernah menjadi guru sejati dalam hidupku..
Ku tlah membuka hatiku untuk kehadiran seorang pangeran..
Ku tlah siap membuka lembaran hidup yang baru..
Lembaran yang terang.. Berharap tak lagi ada kelam yang selimutiku..
Dengan hadirmu, aku mengerti..
Ternyata masih ada ketulusan yang seperti ini, dan ternyata aku masih bisa setulus ini..
Mereka yang datang dan pergi dalam hidupku, hanya mampu meninggalkan kenangan pahit..
Karena hanya kelakar yang mereka minta, bukan kasih..
Tapi.. Kau..
Kau tidak hanya meninggalkan sejuta macam kenangan..
Kau juga mampu membuatku berdoa agar kebersamaan denganmu tak lekang di telan esok hari..
Ku di dunia.. Dan kau di atas langit..
Hati kita telah terikat..
Sekalipun ku mencinta dengan yang lain dari duniaku..
Rinai abadiku untukmu takkan hilang..
Sekalipun kau tak lagi di sisiku..
Aku 'kan tetap tegak mengarungi hidupku..
Takkan berhenti aku menjalani selama seluruh raga masih dapat bergerak..
Sekalipun sakit menghantam setiap puing-puing sel dan aliran darahku..
Ku takkan menyerah sampai titik terakhir hidupku..Karena ku tlah mengabdikan seluruh cinta yang kumiliki kepadamu..
Terimakasih karena kau selalu menjadi penyemangat di setiap langkahku..
Terimakasih karena kau selalu menjadi jawaban di setiap keputusanku..
Terimakasih karena kau selalu menjadi malaikat terindah di setiap jengkal kehidupanku..
I have been loving you.. And will always love you..
Forever and ever..
Aku mengarungi setiap jengkal dimana kekasihku dulu menemui maut..
Dimana ia dengan lincahnya mengarungi keharibaanNya..
Mengingatkanku kembali, betapa aku sangat mencintainya..
Sangat mengharapkan kepulangannya..
Aku merindukan kesederhanaan yang selalu ia bawa dalam pesonanya..
Aku merindukan senyum yang selalu hiasi kokoh wibawanya..
Aku merindukan bagaimana ia memperlakukanku dengan begitu baik..
Aku.. Tanpanya.. Hampa..
Tak pernah ku terusik dengan kehadiran beberapa dewa-dewa baru dalam hidupku..
Tak pernah ku merasa terganggu..
Dan tak pernah cintaku padanya berkurang sejengkalpun..
Disini.. Tempatnya terakhir bernafas..
Disini.. Tempatku memulai berdiri..
Disini.. Tempat hidupnya berakhir..
Disini.. Tempat hidupku dimulai..
... Lihat aku disini, dari langit tempatmu terjaga sekarang
Lihat, aku bisa tegar seperti pesanmu dahulu..
Lihat, aku tak lagi menangis setiap hari seperti dahulu..
Lihat, aku bisa menyembunyikan sakitku..
Lihat, aku bisa tertawa dimana saja..
Lihat, ketegaranku melawan segala yang menghalau tapak kaki kecilku..
Ini semua karena tulusmu yang pernah menjadi guru sejati dalam hidupku..
Ku tlah membuka hatiku untuk kehadiran seorang pangeran..
Ku tlah siap membuka lembaran hidup yang baru..
Lembaran yang terang.. Berharap tak lagi ada kelam yang selimutiku..
Dengan hadirmu, aku mengerti..
Ternyata masih ada ketulusan yang seperti ini, dan ternyata aku masih bisa setulus ini..
Mereka yang datang dan pergi dalam hidupku, hanya mampu meninggalkan kenangan pahit..
Karena hanya kelakar yang mereka minta, bukan kasih..
Tapi.. Kau..
Kau tidak hanya meninggalkan sejuta macam kenangan..
Kau juga mampu membuatku berdoa agar kebersamaan denganmu tak lekang di telan esok hari..
Ku di dunia.. Dan kau di atas langit..
Hati kita telah terikat..
Sekalipun ku mencinta dengan yang lain dari duniaku..
Rinai abadiku untukmu takkan hilang..
Sekalipun kau tak lagi di sisiku..
Aku 'kan tetap tegak mengarungi hidupku..
Takkan berhenti aku menjalani selama seluruh raga masih dapat bergerak..
Sekalipun sakit menghantam setiap puing-puing sel dan aliran darahku..
Ku takkan menyerah sampai titik terakhir hidupku..Karena ku tlah mengabdikan seluruh cinta yang kumiliki kepadamu..
Terimakasih karena kau selalu menjadi penyemangat di setiap langkahku..
Terimakasih karena kau selalu menjadi jawaban di setiap keputusanku..
Terimakasih karena kau selalu menjadi malaikat terindah di setiap jengkal kehidupanku..
I have been loving you.. And will always love you..
Forever and ever..
Dunia Gadis Itu
Mendayung sampai hulu..
Mendaki sampai puncak..
Dan mengayuh sampai batasnya..
Dan senyum hiasi peluhnya..
Berkilauan..
Terangi hati yang gundah..
Tak pernah berhenti..
Dirinya menggapai mimpinya..
Seakan hidupnya adalah pengabdian..
Dan itulah adanya..
Ia beranjak dewasa..
Jati diri dan keteguhan hati..
Oh.. betapa tegar hatinya..
Seorang gadis istimewa..
Entah siapa cinta miliknya..
Yang dicari dengan begitu gigih..
Apakah cintanya seorang Pangeran..
Atau hanya cinta semu tanpa arti..
Entahlah..
Gadis itu membuka mata hatinya..
Untuk dunia yang tak dimengerti..
Karena dunia adalah miliknya..
Dimana hanya ada keceriaan dan cinta..
Dimana hanya ada kepercayaan dan janji..
Dimana takkan ada akhir tuk perjalanannya..
Mendaki sampai puncak..
Dan mengayuh sampai batasnya..
Dan senyum hiasi peluhnya..
Berkilauan..
Terangi hati yang gundah..
Tak pernah berhenti..
Dirinya menggapai mimpinya..
Seakan hidupnya adalah pengabdian..
Dan itulah adanya..
Ia beranjak dewasa..
Jati diri dan keteguhan hati..
Oh.. betapa tegar hatinya..
Seorang gadis istimewa..
Entah siapa cinta miliknya..
Yang dicari dengan begitu gigih..
Apakah cintanya seorang Pangeran..
Atau hanya cinta semu tanpa arti..
Entahlah..
Gadis itu membuka mata hatinya..
Untuk dunia yang tak dimengerti..
Karena dunia adalah miliknya..
Dimana hanya ada keceriaan dan cinta..
Dimana hanya ada kepercayaan dan janji..
Dimana takkan ada akhir tuk perjalanannya..
Dhruva
Berdiri ku dibawah langit berbintang..
Serbuk dibawah hamparannya..
Memberi kelembutan pada sanubariku..
Sejuk hawa sertai belainya..
Terang cahaya di ufuk selatan..
Mengetuk hatiku 'tuk menerka..
Siapa gerangan di balik sinarnya..
Jikalah malaikat nan rupawan yang ada..
Ku tak 'kan berhenti mengarungi malam..
Hanya untuk nikmati sinarnya..
Terang yang lembut dan damai..
Menjalari naungan nadiku..
Senyum hangat hiasi kerlingnya..
Berkedip penuh kebahagiaan..
Andai ia kekasihku..
Takkan ada gelap hantui jiwa..
Disinarinya selalu lingkungan yang ku jamah..
Tapi, bukan..
Dia adalah malaikatku..
Malaikat yang hanya milikku..
Serbuk dibawah hamparannya..
Memberi kelembutan pada sanubariku..
Sejuk hawa sertai belainya..
Terang cahaya di ufuk selatan..
Mengetuk hatiku 'tuk menerka..
Siapa gerangan di balik sinarnya..
Jikalah malaikat nan rupawan yang ada..
Ku tak 'kan berhenti mengarungi malam..
Hanya untuk nikmati sinarnya..
Terang yang lembut dan damai..
Menjalari naungan nadiku..
Senyum hangat hiasi kerlingnya..
Berkedip penuh kebahagiaan..
Andai ia kekasihku..
Takkan ada gelap hantui jiwa..
Disinarinya selalu lingkungan yang ku jamah..
Tapi, bukan..
Dia adalah malaikatku..
Malaikat yang hanya milikku..
Deru yang Menyenangkan
Jutaan kelakar tertumpah hari ini..
Dengan tingkah-tingkah riang tanpa batas.. Kami tertawa dari berangkat sampai pulang..
Bahagia.. Sejenak, aku dapat melupakan segala yang menyakitkan..
Ketersejenakan yang menyenangkan..
Perjalanan ini, sama saja dengan aku pulang ke kotaku..
Kota yang telah ku tinggalkan..
Bertemu kawan-kawan lama.. Kenangan-kenangan lama yang membekas hangat di otakku..
Hahahahaha, kupuaskan segalanya hari ini..
Segala kegilaan, kulontarkan tanpa ampun..
Tertawa, tertawa, dan tertawa..
Beraksi dengan kebebasan yang meraja..
Dekati kedamaian yang akan ku jamah..
Berekspresi sesuka hati.. Berkata seriang mungkin, bertingkah penuh kebebasan..
Tanpa peduli apa kata orang..
Biarlah ku acuhkan apa kata mereka, biarlah ku tak peduli akan dunia yang berputar, biarlah aku berbahagia untukku sendiri..
Hanya untuk hari ini saja..
Hanya untuk hari yang indah ini..
Taman demi taman kami singgahi..
Kami abadikan setiap sudut indahnya..
Sehingga akhirnya tuan lelah memanggil kami..
Kami beranjak meninggalkan hingar bingar kota metropolitan dan kembali ke kota kecil kami yang tenang..
Nafas terhembus seiring ku benar-benar meninggalkan ngarai kota ini..
Memori ramainya akan kuingat selama ku masih bisa mengingat..
Dan dengan diam dalam gelap.. Aku berkata..
Malang.. Aku datang..
Dengan tingkah-tingkah riang tanpa batas.. Kami tertawa dari berangkat sampai pulang..
Bahagia.. Sejenak, aku dapat melupakan segala yang menyakitkan..
Ketersejenakan yang menyenangkan..
Perjalanan ini, sama saja dengan aku pulang ke kotaku..
Kota yang telah ku tinggalkan..
Bertemu kawan-kawan lama.. Kenangan-kenangan lama yang membekas hangat di otakku..
Hahahahaha, kupuaskan segalanya hari ini..
Segala kegilaan, kulontarkan tanpa ampun..
Tertawa, tertawa, dan tertawa..
Beraksi dengan kebebasan yang meraja..
Dekati kedamaian yang akan ku jamah..
Berekspresi sesuka hati.. Berkata seriang mungkin, bertingkah penuh kebebasan..
Tanpa peduli apa kata orang..
Biarlah ku acuhkan apa kata mereka, biarlah ku tak peduli akan dunia yang berputar, biarlah aku berbahagia untukku sendiri..
Hanya untuk hari ini saja..
Hanya untuk hari yang indah ini..
Taman demi taman kami singgahi..
Kami abadikan setiap sudut indahnya..
Sehingga akhirnya tuan lelah memanggil kami..
Kami beranjak meninggalkan hingar bingar kota metropolitan dan kembali ke kota kecil kami yang tenang..
Nafas terhembus seiring ku benar-benar meninggalkan ngarai kota ini..
Memori ramainya akan kuingat selama ku masih bisa mengingat..
Dan dengan diam dalam gelap.. Aku berkata..
Malang.. Aku datang..
Dan
Dan sampai hari inipun.. Aku menghembuskan nafas yang sama..
Nafas beraromakan hampa..
Pandangan kosong.. Seakan ada nanar fatamorgana..
Di persimpangan itu, cintaku berlabuh..
Namun tak terejawantah sosoknya..
Dan aku mencintainya..
Bayang semu yang redup..
Tapi terang dengan cintanya..
Jarang hadiri mimpiku..
Tapi kental dalam ingatku..
Beriring dengan hari yang kemarau..
Terlelap dalam malam yang temaram..
Dan bila esok dunia tak lagi jadi milikku..
Aku harap cintaku.. Dapat terus hidup wakili jiwaku..
Untukku menjaga langkah-langkahnya..
Agar tetap gagah berpijak diatas segalanya..
Bersama dengan segenap jiwa-jiwa kecil..
Yang telah kutinggalkan untuknya..
Nafas beraromakan hampa..
Pandangan kosong.. Seakan ada nanar fatamorgana..
Di persimpangan itu, cintaku berlabuh..
Namun tak terejawantah sosoknya..
Dan aku mencintainya..
Bayang semu yang redup..
Tapi terang dengan cintanya..
Jarang hadiri mimpiku..
Tapi kental dalam ingatku..
Beriring dengan hari yang kemarau..
Terlelap dalam malam yang temaram..
Dan bila esok dunia tak lagi jadi milikku..
Aku harap cintaku.. Dapat terus hidup wakili jiwaku..
Untukku menjaga langkah-langkahnya..
Agar tetap gagah berpijak diatas segalanya..
Bersama dengan segenap jiwa-jiwa kecil..
Yang telah kutinggalkan untuknya..
Bintang (the song by Ciquita)
Kau tersenyum..
Memberiku harap dalam kelam..
Kau bersinar..
Menyapaku yang tertunduk muram..
Bintang..
Sinarmu..
Bagai serbuk emas..
Berjatuhan diatas mahkotaku..
Indah..
Senyummu..
Membuat diriku..
Tak dapat menyangkal cinta untukmu..
Bintang..
Sinarilah hatiku..
Hari indahku..
Beku jiwaku..
Dengan ketulusan..
Sinar nurani..
Walau..
Ku 'tak dapat menyentuh..
Mendekap hangat yang melindungi..
Segenap asa yang t'lah kau miliki..
Karna, Bintang..
Hati kita..
T'lah melebur jadi satu..
Memberiku harap dalam kelam..
Kau bersinar..
Menyapaku yang tertunduk muram..
Bintang..
Sinarmu..
Bagai serbuk emas..
Berjatuhan diatas mahkotaku..
Indah..
Senyummu..
Membuat diriku..
Tak dapat menyangkal cinta untukmu..
Bintang..
Sinarilah hatiku..
Hari indahku..
Beku jiwaku..
Dengan ketulusan..
Sinar nurani..
Walau..
Ku 'tak dapat menyentuh..
Mendekap hangat yang melindungi..
Segenap asa yang t'lah kau miliki..
Karna, Bintang..
Hati kita..
T'lah melebur jadi satu..
Aku, Kau, dan Mereka
Mereka berlarian di ujung cakrawala..
Membentangkan tangan lebar-lebar..
Membusungkan dada..
Dan menghembuskan nafas kuat-kuat..
Bukan untuk kesombongan..
Tapi itu pertanda mereka t'lah lelah..
Sehari, seminggu, bahkan sebulan..
Mengemis harta untuk hidup..B
ukan hal yang mudah 'tuk di terima..
Dengan lapang dada mereka mencari..
Tak peduli tatapan enggan..
Mereka tetap bernafas dan berlari..
Kadang ada gelak tawa..
Dan tak jarang menangis..
Betapa mulia hidup mereka di dunia..
Namun tak seorangpun mengerti..
Bahwa sebenar jiwaku, kau, dan mereka..
Adalah suatu bagian yang utuh..
Kau dan mereka tak juga menyadari..
Si Kaya adalah saudara Si Miskin..
Si Miskin sanak Si Kaya..
Entah sampai kapan..
Ironi ini terus bergulir..
Tanpa ada kepastian 'tuk menghentikannya..
Kecuali dengan tangan kita sendiri..
Membentangkan tangan lebar-lebar..
Membusungkan dada..
Dan menghembuskan nafas kuat-kuat..
Bukan untuk kesombongan..
Tapi itu pertanda mereka t'lah lelah..
Sehari, seminggu, bahkan sebulan..
Mengemis harta untuk hidup..B
ukan hal yang mudah 'tuk di terima..
Dengan lapang dada mereka mencari..
Tak peduli tatapan enggan..
Mereka tetap bernafas dan berlari..
Kadang ada gelak tawa..
Dan tak jarang menangis..
Betapa mulia hidup mereka di dunia..
Namun tak seorangpun mengerti..
Bahwa sebenar jiwaku, kau, dan mereka..
Adalah suatu bagian yang utuh..
Kau dan mereka tak juga menyadari..
Si Kaya adalah saudara Si Miskin..
Si Miskin sanak Si Kaya..
Entah sampai kapan..
Ironi ini terus bergulir..
Tanpa ada kepastian 'tuk menghentikannya..
Kecuali dengan tangan kita sendiri..
Selasa, 02 Maret 2010
Peleburan Nocturnal dan Insomnia
Berawal dari sebuah tragedi
Dimana para manusia berjalan berirama untuk menyakiti
Menyakiti lemahku yang kosong akan cinta
Manusia-manusia itu mengisinya dengan kebahagiaan sesaat
Bukan untuk membahagiakanku
Tapi untuk mengejekku dan membahagiakan mereka
Keterpurukan membakar bara amarahku
Dan aku hanya diam dengan penghinaan itu
Aku bangkit lagi dengan 1 keyakinan yang mampu membuat semesta alasan untuk sembuhku
Dan ditengah-tengah kesembuhanku dari patah hati
Tanpa sengaja aku melihat 1 titik yang penuh dengan bingar tawa
Disanalah aku bertemu dia
Ia angkuh dengan sarkasme yang ku acuhkan
Ia diam dengan sinisme yang ku abaikan
Saat itu, aku tak peduli dia
Dan aku tidak benci dia. Biasa saja.
Ia tak memberi pengaruh apapun pada hidupku
Karena memang saat itu,ia tak berarti untukku
Dalam hiruk pikuk jelaga malam
Aku bertemu dia lagi
Ada cair yang beku
Saat menemukan 1 alasan bahwa kami adalah sama
Buah itu,
Dan makhluk itu
Buah yang tajam di permukaannya
Dan makhluk yang tajam dengan seringainya
Tajam itu melembutkan jiwa kami
Mencairkan kebekuan yang lama memagari tiap sapaanku untuknya
Perlahan, binar tawanya mulai kujamah
Aku terkesima.. Menyadari bahwa ternyata aku dapat membuatnya tertawa
Dan tawa itulah yang membuka jalan lapang menuju hati
Tiada hari tanpa tawa
Karena kami adalah sama
Namun prahara itu datang...
Di hari bergantinya umurku, hatiku dimiliki oleh seseorang
Namun tidak dengan jiwaku
Aku berjalan dengan hati itu, namun jiwaku tetap tertuju padanya
Ia menghilang dari arah pandangku
Aku terluka saat ia pergi
Jiwanya kembali dengan sebongkah rindu yang ia beri
18 Februari 2010,
Aku melepas hati itu untuk mengabdikan jiwaku padanya
Aku menerjang badai dan jurang terjal tanpa peduli
Untuk menemukan jiwanya kembali, untuk melengkapi bagian hidupnya
Dan pada akhirnya, aku menyadari bahwa kami bukanlah sama
Tetapi, kami adalah perbedaan yang sama
Ya, kami adalah perbedaan yang sama
Ia skate, aku sketch
Ia papan skate, aku papan sketch
Ia boardslide, aku board and slide
Ia melaju, aku menggambar
Ia melompat, aku mewarna
Perbedaan kami melengkapi satu sama lain
Laksana langit dan samudera yang berbeda bentuk
Tapi sama-sama berwarna biru
Kadang langit dapat menyerupai samudera
Kadang samudera dapat menyerupai langit
Itulah tendensi untuk peleburan yang kami saputkan
Senantiasa terjaga di malam hari
Merangkai untaian lentera hati untuk menerangi jiwa kami
Dengan cerah nocturnalku dan gelap insomnianya,
Kami menciptakan pagi ditengah pekat malam
Aku bersedia belajar mencintai keseluruhan dirinya,
Aku bersedia menorehkan warna terang dalam hatinya,
Aku bersedia mengisi rentan jiwa sepinya dengan lembut helaiku,
Karena AKU adalah DIA
Dimana para manusia berjalan berirama untuk menyakiti
Menyakiti lemahku yang kosong akan cinta
Manusia-manusia itu mengisinya dengan kebahagiaan sesaat
Bukan untuk membahagiakanku
Tapi untuk mengejekku dan membahagiakan mereka
Keterpurukan membakar bara amarahku
Dan aku hanya diam dengan penghinaan itu
Aku bangkit lagi dengan 1 keyakinan yang mampu membuat semesta alasan untuk sembuhku
Dan ditengah-tengah kesembuhanku dari patah hati
Tanpa sengaja aku melihat 1 titik yang penuh dengan bingar tawa
Disanalah aku bertemu dia
Ia angkuh dengan sarkasme yang ku acuhkan
Ia diam dengan sinisme yang ku abaikan
Saat itu, aku tak peduli dia
Dan aku tidak benci dia. Biasa saja.
Ia tak memberi pengaruh apapun pada hidupku
Karena memang saat itu,ia tak berarti untukku
Dalam hiruk pikuk jelaga malam
Aku bertemu dia lagi
Ada cair yang beku
Saat menemukan 1 alasan bahwa kami adalah sama
Buah itu,
Dan makhluk itu
Buah yang tajam di permukaannya
Dan makhluk yang tajam dengan seringainya
Tajam itu melembutkan jiwa kami
Mencairkan kebekuan yang lama memagari tiap sapaanku untuknya
Perlahan, binar tawanya mulai kujamah
Aku terkesima.. Menyadari bahwa ternyata aku dapat membuatnya tertawa
Dan tawa itulah yang membuka jalan lapang menuju hati
Tiada hari tanpa tawa
Karena kami adalah sama
Namun prahara itu datang...
Di hari bergantinya umurku, hatiku dimiliki oleh seseorang
Namun tidak dengan jiwaku
Aku berjalan dengan hati itu, namun jiwaku tetap tertuju padanya
Ia menghilang dari arah pandangku
Aku terluka saat ia pergi
Jiwanya kembali dengan sebongkah rindu yang ia beri
18 Februari 2010,
Aku melepas hati itu untuk mengabdikan jiwaku padanya
Aku menerjang badai dan jurang terjal tanpa peduli
Untuk menemukan jiwanya kembali, untuk melengkapi bagian hidupnya
Dan pada akhirnya, aku menyadari bahwa kami bukanlah sama
Tetapi, kami adalah perbedaan yang sama
Ya, kami adalah perbedaan yang sama
Ia skate, aku sketch
Ia papan skate, aku papan sketch
Ia boardslide, aku board and slide
Ia melaju, aku menggambar
Ia melompat, aku mewarna
Perbedaan kami melengkapi satu sama lain
Laksana langit dan samudera yang berbeda bentuk
Tapi sama-sama berwarna biru
Kadang langit dapat menyerupai samudera
Kadang samudera dapat menyerupai langit
Itulah tendensi untuk peleburan yang kami saputkan
Senantiasa terjaga di malam hari
Merangkai untaian lentera hati untuk menerangi jiwa kami
Dengan cerah nocturnalku dan gelap insomnianya,
Kami menciptakan pagi ditengah pekat malam
Aku bersedia belajar mencintai keseluruhan dirinya,
Aku bersedia menorehkan warna terang dalam hatinya,
Aku bersedia mengisi rentan jiwa sepinya dengan lembut helaiku,
Karena AKU adalah DIA
Langganan:
Postingan (Atom)