Senin, 29 Maret 2010

Cinta itu bergerak dengan aliran yang mencair sendiri-sendiri. Memuntahkan lahar lega diantara ujung-ujung nafasnya. Dingahnya mengalun pasti, meleburkan seri.

Tidak semua orang mengerti apa keinginan kita. Tidak selalu kita mengerti apa keinginan orang. Begitupun dengan diri kita sendiri. Tidak selalu kita mengerti apa yang sebenarnya kita inginkan.

Sedang dalam perjalanan pengibaran semangat

Tak selamanya kencan pertama itu indah. Dan tak selamanya stiap hari dpt seindah kencan pertama. Smua itu tinggal bgmn hati dapat menjadi pemeran utama yg baik.

Kembali ke kota yang sepi memendam ramainya, kota penghilang penat sengketa, kota pelahir gurat abstrak.. Ditemani Sheila on 7 dengan warna klasik alunannya..

Bergerilya menyusuri malam dengan tapak kaki-kaki dan putaran roda yang menggilas setiap lapisan jalan yang di tempuh. Dengan tingkah-tingkah lucu teman-teman kecilku, aku membahagiakan diri dengan mengikuti setiap tawa yang mereka tawarkan untuk menghangatkanku.

Semakin kita dekat, semakin aku takut. Semakin rasa ini muncul, semakin aku getir. Bukan aku ragu, aku hanya takut kehilangan.

ROKOK= membuat orang menjadi tdk masuk akal, tanpa sadar menyia-nyiakan hidupnya, tanpa sadar menggali lubang kuburnya sendiri, menghamburkan uang, mengesampingkan kepentingan lain, menjadi egois. Rokok memang sugesti pembunuh yg sempurna.

Tidak berharap bertemu, tidak berharap melihat, aku hanya berharap dapat menemukanmu saat kau membutuhkanku.

LOVE IS ANYTHING TO SHARE...

Too high to imagine, too fast to get, too easy to love.

...dan gema musik pun mendekatkan aku pada jiwa yang pekat dengan alunan di nadinya

sementara senja beranjak mengganti hari dengan lembayung birunya, aku mengalami dilematik antara beberapa kemungkinan dan hal hal yang memungkinkan. kesinambungan yang mencecar lembah sunyi tanpa ampun.

reinkarnasi samudra yang membahanakan gemuruhnya ditengah pasir-pasir bersisik..

Membelah hamparan lahar yang memuncak. Kututupi dengan datarnya wajah tanpa riak. Aku tak mau menyakitimu.

rasakanlah penderitaan itu datang. kau yang berkata, kau yang berdusta. jika aku jengah, jangan salahkan aku. silahkan meronta karena aku akan tetap diam dan hanya melihat.

Berbisiklah udara malam.. Sampaikan hembusmu untuk tenangkan desir hatinya.. Jadikanlah dinginmu sebagai hangat selimut kami..

Yang mengerti kita adalah diri kita sendiri

Manusia tak akan mengerti, jika ia tak mau mencoba belajar dan memahami..

Bulan memang tak indah.. Ia ngarai di beberapa sisinya. Tanpa mengeluh, ia tetap menerangi jiwa-jiwa yang kelam. Berikan damai untuk insan yang terlunta, hingga akhirnya tanpa peduli mereka katakan, "BULAN ITU INDAH.."

Mereka tak harus bisa mengerti aku, tapi aku harus bisa mengerti mereka..

Malam yang sunyi, pagi yang ngarai, hati yang damai.

Putaran roda menggilas ruas jalan diantara bisik selimut kabut yang temaram...

Aku diam, mereka datang dan pergi, aku tetap diam. Mengamati, merasakan, dan diam lagi. Mengukur diriku dengan jutaan nafas dari raga yang ringkih akan belai kasih sang angin yang tak akan pernah bisa aku gapai...

harus kubayar semahal ini pengorbanan untuk bahagia. hanya untuk bahagia. sekarang kebahagiaan tak ubahnya jurik yang siap mencengkeramku dalam cakarnya saat aku kehilangan.

Jangan memiliki jika tak ingin kehilangan. Rasa itu ada, namun aku terlalu takut untuk memiliki. Pengecut? Mungkin. Ketakutanku lebih besar daripada tekadku.

Petir mengusik lamunanku yang takut akan kehilangan...

Tertekan oleh doktrin materialis yang sudah kuhafal diluar kepala

Aku ingatanmu dan hatimu

Bergulat dengan panas mentari, tertatih menjalani hari, tanpa tau apa yang akan terjadi nanti.

Ketika dua jiwa, dengan kenangan yang sama dipertemukan, dan kelakar mereka memenuhi langit-langit, apa yang akan dilakukan sang pembuat kenangan, selain hanya diam dan melihat?

Msh adakah org2 pintar seperti Plato atau Aristoteles? Rendah hati & tdk sombong. Org2 pintar yg saya temui kebanyakan sok & agak merendahkan org lain. Ironis

bahasa kalian, rasa kalian, jiwa kalian, adalah kesempurnaan dari nafasku...

membiarkan jiwa liarku membangun diri dan menorehkan warna pada angan yang redup oleh durja

ketidaksinkronan keadaan telah membunuh hasrat untuk mengepung damai dalam kesunyian

Mencoba menghidupkan kembali karakter yang hampir mati

Ketika cerita itu bertumpu padaku. Sekuat tenaga, ku menenangkan kalut mereka tanpa harus memihak.

Menunggu fajar, menggigil bersama, melewati hamparan bukit dan awan awan dilema yang menyusup di celah sudut sudutnya.

Finally, I open new page of my life, still being a happy single, and ready to face everything. Thx for all my friends, let's chill out together!

Kelap kelip temaram, satu jiwa yang penuh tawa, lelehan dingin dalam lidahku. Diam dan tertawa. Dengan mereka yang selalu punya segudang perhatian untukku..

1 adam, dapat meruntuhkan airmata 2 hawa. Apakah ia pantas disebut ADAM?

Ternyata tamparan itu tak juga menyadarkan. Haruskah menunggu kehilangan datang, dan menunggu keterpurukan mencabik angkuh perisainya?

Ruangan ini menggelap, pematik mulai lelah berpijar, aku tertidur dengan harapan agar dapat terjaga dengan nyawa baru yang dapat bersinar lebih terang dari ini.

lebih baik diam dan bersikap apa adanya, daripada harus memberi harapan palsu. tertawalah dengan mereka yang mengerti.

Saat yang lain terjaga, mataku justru mulai terpejam. Keterbalikan ini telah mengubah semesta hidupku.

mengalah, menghindari kekecewaan, membahagiakan mereka adalah tugasku.

Memejamkan mata memang cara terbaik untuk memudarkan lelah

Perbatasan hari, bereksperimen dengan wangi kudapan hangat, tiga adam menjelma menjadi hawa yang gagah. Aku diam, melihat kesibukan mereka. Menyenangkan.

Memulai hari baru, berharap tak ada yang tertinggal di hari kemarin..

ruangan persegi, bau hedonisme yang kental, dengan komposisi minimalis. aku ingin keluar, sebentar lagi, dan menghirup udara malam. mengakhiri malam ini dengan erangan lepas, untuk saudara-saudariku yang tersakiti.

Merefleksikan gurat-gurat mencekam dengan hamparan lentera-lentera terang sebagai pemacu untuk lugaskan hidup yang ku tuju

amarah menggelegak mendidihkan gemuruh di laju darahku. lebih baik diam dan tenang. karena aku memang selaksa segara tanpa riak.

semburat jingga pada langit senja, dengan saput lembayung nila merajai arak kawanannya, tentramkan sendiriku dalam sunyi yang memperhatikan pergantian warna awan sejak sore tadi. apa yang kulihat adalah gerak gerik dunia, tak kulewatkan, dan kunikmati temaramnya.

bagian-bagian tubuh ringkih ini hancur minah dengan gerakah lemah yang tak lagi gemulai. gerakan lemah yang lelah dengan jutaan hujaman yang menikam. mungkin sudah saatnya tubuh ini merebahkan diri di peraduan jingganya...

remang suram memudarkan bianglala. ku genggam dua hati itu. tak kulepas dan kujaga. keduanya adalah nyawa untuk hati dan jiwaku. suram itu perlahan membuyarkan ketenangan yang kupelihara.. dingahnya mengerubungi otakku, tanpa paksaan untuk memiliki ataupun melepaskan..

Kadang kita bisa merasakan cinta saat ada yang hilang dari sekeliling kita karena cinta tak pernah bilang permisi. Jadi, jangan pernah membuat orang kecewa karena kita tak tau sampai kapan kita bisa bersamanya.

mencoba mengusik badai yang menggelegar

Aku mungkin dapat melupakanmu. Tapi aku tak mungkin mengusirmu dari hidupku. Karena kau adalah bagian dari diriku.

Mentari pagi merambat naik, memudarkan bulan yang menjadi lenteraku semalam tadi. Aku terbangun dengan jiwa baru, aku telah merasakan jutaan cerita, dan aku ingin bangkit dengan kuat yang masih kumiliki. Kuyakini bahwa aku dapat melewati semua dengan keramahan yang pasti.

Manusia memang tak pernah puas, aku tak minta banyak. Beri aku kesehatan, itu sudah lebih dari cukup. Agar aku tetap berbahagia dengan keluargaku dan semua orang yang kusayangi, tanpa harus merasakan sakit di sekujur tubuh kecilku ini.

Tuhan, aku akan tidur detik ini juga.. dan aku mohon.. bangunkan aku esok pagi.. Izinkan aku untuk menikmati serbuk mentari di latar rumahku, izinkan aku untuk mencium bau hujan yang dingin, izinkan aku untuk menyapa dunia saat fajar menyingsing. Dan, izinkan aku berharap sembuh dari sakitku ini, sekali lagi, aku mohon ya Tuhan..

Setidaknya dengan rasa sakit ini, aku menyadari bahwa aku masih hidup. Terimakasih Tuhan.

membaca apa yang selama ini luput dari perhatianku. memahami apa yang selama ini kulewati. ternyata aku telah mengabaikan banyak cerita yang begitu berharga.

banyak orang berkhianat. banyak orang menyakiti. banyak orang memberi harapan. banyak orang membohongi. tapi aku bukan rangkaian dari orang orang itu. aku adalah prinsip yang selalu diam di tempatnya.

Terkadang idealis harus diabaikan kala tariannya telah meracuni otak dan menggelapkan masa depan. Boleh beridealis, tapi jangan sampai terbunuh oleh keangkuhannya.

Tak ada dua hati yang begitu terbuka, dapat berdenyut seirama, ataupun begitu menyatu.

Gejolak itu masih datar, rasa itu masih hambar, getar itu masih pudar. Memang tak semudah itu menyulut kembali binarnya untuk memijar...

Menerima sapaanmu bukan berarti aku telah membuka hati. Persegi itu masih tertutup karena aku belum menemukan kuncinya, seiring dengan hatiku yang belum juga pulang ke bingkainya.

Siang menyapa dengan tawanya yang terik. Aku terperangah melihat sebongkah hati yang menungguku, dan akan datang untuk hapuskan senduku. Tak mau lagi menunggu, tak mau lagi berjalan dengan semu, aku akan berjalan dengan cerita lama yang iringi hidup baruku. Jiwaku tetap menari, bibirku tetap tersenyum, karena aku akan tetap menjadi aku.

Semburat senja yang memudar, akhirnya hilang sama sekali. Aku dalam gelap, tetap merasa terang dengan nyala lilin di hatiku. Ruang sunyi, membungkamku untuk tetap diam.

Memaafkan adalah memberi sedikit ruang diantara rasa benci...

Aku tak harus mengingatmu karena kau adalah bagian dari diriku

Jenuh dengan maya. Jenuh dengan fatamorgana. Aku tanpanya, hampa. Aku tetap berjalan. Untuk tetap menjaga abadinya hidup di hatiku.

mulai padam cemerlang yang sertaiku hari ini.. sudah larut dan hari telah berganti.. tinggal menunggu waktu saat seluruh sel tubuhku bersedia rebahkan gaungnya..

Terjaga dengan luluh saat matahari beranjak meninggi, menampakkan terik yang menyilaukan mata.. bersiap dengan langkah-langkah cepat dikejar waktu.. kehidupan yang berulang, tak berujung..

Menjelang pagi, empat mata masih terjaga dengan suara riang yang masih menggema di sudut ruang sempit ini.. Mereka jiwa-jiwa bahagia yang memendam luka di ujung jelaganya..

Lilin itu tetap berdiri.. Namun baranya padam.. Menunggu seseorang menyalakan kembali sinar lembutnya..

Rinai hujan dan percik embun tak juga hapuskan gelimang badai rindu yang kilaunya tetap gemilang terhadapmu. Kukenang dan kuyakini, bahwa hatiku adalah benar.

Rimah yang menyusahkan itu dibuang saja, karena sekecil apapun rimah iblis yang dipelihara, jika terkumpul kelak akan meruntukan tonggak malaikat yang telah terbangun bertahun-tahun

Kau tak pernah tau apa yang kau miliki hingga nanti kau kehilangan

Tak apa rasa sakit ini mencabik seluruh sel dalam tubuhku, asalkan mama selalu ada disampingku..

Meski tertutup, hati tetap tak boleh diabaikan.. Karena biasnya tetap menyala walaupun berselambu semu...

Menarikan peraba diatas tuts yang berbeda nada

Mengapa harus ditutupi jika memang aku tak sempurna..?

Gema malam biaskan gerai pekat yang keramasi semesta dengan pijar lentera-lentera kecil, yang mengerling diatas sana. Sambil menunggu fajar merekah, aku menatap kosong. Mencoba selesaikan semua dengan caraku sendiri.

Persahabatan, persaudaraan, atau hubungan apapun, jika awalnya hanya tercipta dari rasa iba, pada akhirnya hanya akan menyakiti dan menindas secara tak langsung. jika yang melakukannya hanya 1 orang, mungkin masih bisa diatasi. namun jika satu orang itu mencabangkan kawanannya? ketegaran sebesar apa yang mampu menanggulangi terkamannya?

semua mata tertutup, semua lentera padam. bagai sintar tanpa senar, hampa tiriskan temaram yang terjal. semestra menangis untuk senduku. walau semu, aku tetap sama. aku tetap nyata. aku bukan fatamorgana.

tak seorangpun benar-benar dapat kumiliki, karena aku tak pantas di miliki, dan jangan pernah memiliki aku.

Bangun, tertampar, terdiam, mencoba berpikir. Buntu. Mencoba membangun diri. Tak bisa. Ku tampar diriku sendiri. Pecundang.

Mencoba menepis suara-suara mengerikan yang bergema di telingaku, mencoba memusatkan sudut pandang pada buritan segara yang sedang pasang, mencoba lepaskan tawa dan merajut indah itu kala ia datang menyapa mentariku.

1 jam td masih kulihat lembayung biru manjakan kornea kecilku. Sekarang matahari telah merapat diperaduan. Gelap menyapa berias puing bintang diujung jelaganya.

hujan sudah reda, aku akan beranjak dari tempat ini, mengarungi udara dingin untuk berjalan bersama angin. angin sejuk takkan menyakitiku. genggamlah tanganku, menarilah bersamaku dalam keheningan hembusmu.

Tersudut sendirian di dalam gedung kosong ini, dengan halimun yang berkeliling liar, mencoba buyarkan keberanianku. Maaf, aku tak takut pada kalian. Maaf, aku nyaman dengan kesendirianku dalam lorong ini. Yang kuresahkan hanya satu. Kapan hujan ini akan berakhir?

Hujan lebat pudarkan bias mentari. Aku diam dan menunggu gemulai mentari goreskan gemilang warnanya. Redalah hujan, jangan buatku takut dengan petirmu. Petir, berkawanlah denganku agar ku tak takut lagi padamu.

Biarkan ngarai tetap terlunta pada atap yang ramai, asalkan mereka tak mengusik hatiku yang membisu dalam damai..

Terhenyak saat menyadari betapa kebaikan itu merupakan sebuah kelangkaan yang harus di bayar dengan jutaan cara. Tak ada lagi ketulusan di dalam bingkisan kebaikan itu. Selalu ada syarat di dalamnya. Harus begini, harus begitu. Tapi biarlah. Jika memang itu nyatanya, biarkan aku yang memberi ketulusan itu pada mereka. Tanpa mengeluh dan tanpa pamrih.

Dunia sudah tak peka dg ketulusan. Mereka datang & pergi bgitu saja. Mungkin memang aku diciptakan utk bertahan seorang diri. Aku kan menjalaninya. Terimakasih.

Lagi. Kecamuk ramai dlm diamku sama sekali tak mampu usik bising bahasa yg hny ada di otakku. Aku bergabung dlm keceriaan ini, tp aku sibuk dg duniaku sendiri..

Kembali pada rutinitas yang mengikat. Seakan tak ada ampun walau otak tlah terkikis habis. Dendam kelam menyala buyarkan semua lemah. Kan kulawan kau dg diamku.

hening yg penuh kesibukan. puluhan cerita lewat begitu saja di telinga tanpa ku dengar dan kucerna. aku sibuk dengan tarian tanganku. goresan demi goresan tertata membentuk satu bidang utuh. ruang persegi yang mati, namun dapat menjadi syarat tertinggi untuk keluar dari belenggunya. ku diam dan ku selesaikan dengan tekun. demi orangtuaku disana.

Sinergi otak memuntahkan lahar panas berias angka-angka yang berteriak sengit untuk mematikan belenggu dalam genderang merahnya..

Sedingin es, hatiku tlah mengerak dan tertutup. Tunggulah sampai ketulusan menghancurkannya. Biar begitu, sosokku tetap sama. Apa adanya.

Riuh rndah lelah, ak bsuara dlm keheningan alam bawah sadarku. Kan kuarungi segara lapisan terjal mnuju kota lamaku, utk hadirkan kmbali tawa yg pernah hilang..

Terlunta dalam kebisingan yang membakar, terduduk diam dalam gerai yang marak akan dentang waktu yang maju.. menuju dunia baru dengan lambat, menyeret semua cerita di lapisan lama yang menunggu untuk ku bawa kesana.. kututup buku ke sembilan, dan ku buka jilid sepuluh, mencoba menggores setiap helainya dengan saputan yang lebih beragam warnanya.

ramai, ngarai, damai. kepulan asap rokok melayang di sekelilingku, aku diam dan sibuk dengan duniaku sendiri. acuh, namun tetap mendengarkan. teman baru, dunia baru. berusaha nyaman di dalamnya.

Terbuka mata dengan suara lembut sang bunda.. Dia yang tercantik di hidupku. Ku buka tirai kamar dan ku cium beliau.. Terimakasih y Allah, kau telah menjadikanku buah hati dari wanita hebat ini. Semoga aku bisa mewarisi semua kebaikan yang beliau miliki.

Dalam kelam aku terjaga, dan saat mentari mulai mengintip di ufuk timur, aku baru mulai terlelap. Penat menghujam keras elegi otak yang bekerja, dengan mimpi yang telah memudar. Tapi siapa yang peduli?

Separuh kata yang ku jamah, tak sanggup gambarkan milyaran rasa yang ku pendam. Tak selamanya derita. Karena ku terus menjadikannya bahagia. Tanpa paksaan. Ini hidupku, tujuanku, caraku. Timpang yang seimbang.

Quote 7

Mataku lelah terjaga karena kinerja otak yang tak juga melemah. Berhenti dan diam, stabil dengan jeda yang singkat, namun kembali berdentum tanpa inginku. Tubuh ini lelah. Otak ini penat. Lepaskan? Sama saja dengan bunuh diri. Jalan saja terus dan biarkan semua mengeruk tiap sel di tubuhmu. Pasrah.

Quote 6

Menjelang tengah malam. Kalut dengan imaji yang nyaris lumpuh. Kubuka kembali pikiranku, dan mencoba menatanya. Sendiri, kalut, labil. Bongkahan durja rubuh satu per satu. Dan hatiku? Nihil.

Quote 5

Menertawakan 1 bingkai yang sama, mereka membicarakan kesenangan itu berulang-ulang, menjatuhkan, merutuk, dan tertawa lagi. Menyenangkan, memang. Tapi kesenangan itu hanya berujung pada 1 hal. Statis.

Quote 4

Merasakan sendiri pengkotakan itu membuatku berbeda. Dianggap namun diasingkan. Setidaknya aku masih dapat bernafas, melihat, mendengar, merasa, dan bergerak.. Itu sudah lebih dari cukup.

Quote 3

Menikmati setiap tetes rinai hujan dengan segelas susu dan tutur-tutur cerita keluarga kecilku. Nyaman

Quote 2

Melihat sorot dua refleksi alam dari dua layar proyeksi yang berbeda, nyata dan maya, namun sama-sama menyenangkan.

Quote 1

Berbahagia itu tinggal bagaimana kita bisa merangkai kenangan-kenangan pahit dengan mimpi-mimpi para jiwa yang penuh seringai tawa kemenangan hidup. Semakin kita berbahagia menghadapi kesulitan, semakin kita memenangkan satu per satu episode hidup yang datang silih berganti.

Kamis, 04 Maret 2010

Warna yang Sempurna

Kupu-kupu terbang meninggi..K
epak sayapnya hadirkan satu kisah..
Dimana kecantikan mereka adalah perjuangan..
Terbang..
Meninggi..
Dan semakin tinggi..
Semakin jauh..
Semakin cantik hiasinya..
Sepadan jika berselimut pelangi..
Merah..
Kuning..
Hijau..
Dan sekawanannya..
Ceria antara garis spektrum dan kepakan seirama..
Dengan senyuman sang surya..
Tarian awan yang berarak penuh kelembutan..
Membuat sayap rapuhnya berpendar..
Dan menunjukkan pada dunia..
Bahwa keindahan adalah..
Kolaborasi dari segala yang saling melengkapi..

Tapi, Yang, Dengan....

Aku bernyanyi tanpa nada..
Senandung bisu..
Yang ungkapkan riak segara..
Terkoyak memberontak..
Dengan kekuatan yang lemah..
Keinginan yang urung..
Cerah yang mendung..
Perlawanan yang ringkih..
Tapi aku tetap berjalan..
Tegak dengan rapuhku..
Senyum dalam airmata..
Semua bukan palsu..
Tapi aku tak mampu berteriak..
Tak seorangpun mendengar..
Hanya ada enggan..
Menangkan angkuh mereka..
Sama..
Arogan dan munafik..
Seakan hanya akulah binatang hina..

Saat Kau Menangis (2nd song by Ciquita)

Malam itu..
Saat aku di sampingmu..
Ku melihatmu terdiam..
Hening tanpa suara..

Dan dirimu..
Menyiratkan sgala gundah..
Yang berkecamuk di hati..
Keruhkan anganmu..

Saat kau menangis..
Saat kau terluka..
Ku tak sanggup melihatnya..
Tak sanggup melihatmu berlinang air mata..

Tapi ku di sini..
Dan kau tak sendiri..
Karena ku menemani,
Menghapus air mata,
Dan..
Menyembuhkan luka..

Oh pintaku..
Jangan kau menangis lagi..
Karna akupun terluka..
Saat kau menangis..

Misteri Sosoknya

aku masih berdiri..
ditengah mudaku..
pertanyaan di darahku..
dan jawaban di nadiku..

satu sorot mata..
membuatku terhenyak..
betapa tajam tariannya..
melukai yang mengagumi..

tak pernah lepas dari dinginnya..
aku memuja tatapan itu..
ada kehangatan dalam jantung..
dimana senyumnya bertumpu sekejap..

dan disinilah nafasku tertahan..
kekaguman yang menjalari otakku..
mematikan sejenak nadi dan jantungku..
betapa indah sosoknya..

aura kegelapan yang menyenangkan..
seakan ancaman bagi sekitarnya..
tapi misterinya..
bukan ancaman bagiku..
tapi..
harapan untuk mencinta..

Menepis Angin

Kurasa samar hembusan yang sama dari masa lalu..
Menggapaiku dengan lembut, tanpa ku sadari paksaannya..
Nyaris dengan kekasaran, aku terhenyak..
Merasakan ternyata aku masih dapat berairmata..
Dia datang bukan dengan inginku,
Angin hangat yang menentramkan sanubari lemah yang pernah terguncang..
Angin itu datang dengan sosok yang berbeda,
Meluluhlantakkan semua perjuangan yang telah ku tata dengan jeda yang panjang..
Bagus, sekarang semua itu kembali menghantamku..
Bukan aku tak suka..
Dan bukan berarti aku menikmati..
Tolonglah, angin.. Katakan apa maumu..
Akan aku lakukan keinginanmu tanpa ku harus menyakiti jika kau memang mencinta..
Namun jangan datang lagi jika kau hanya ingin bermain-main dengan angkuhku yang telah ku bangun terhadapmu..

Tembok yang kokoh runtuh seketika dengan kelembutan helaimu..
Tarian yang gemulai menyapa tiap tatakannya setiap kau hadir..
Angin yang hangat, mengapa kau datang dengan sosok yang berbeda?
Dan mengapa kau datang dengan benang yang lebih rumit?
Mengapa tak datang dengan sosok yang sama, sehingga aku tinggal meluruskan benang itu atau memotongnya sekalian..
Itu akan menjadi lebih mudah untukku, daripada berputar-putar seperti ini..

Arungilah ruangmu sendiri..
Jangan masukki ruanganku yang sudah tenang tanpa hembusan hangatmu..
Mungkin memang kalian tak sama, namun rasa yang kalian bawa adalah kesetaraan yang seimbang..
Untuk kali ini, aku tak akan mengusirmu dari hidupku..
Aku akan membiarkanmu tetap berhembus disekitarku tanpa aku harus menikmati setiap jengkal kelembutan belaimu..

Tanpa sadar, kau telah menjadi jurik untukku..
Membuatku menutup diri terhadap segala sesuatu yang indah dan menyenangkan..
Ya, itu yang telah kau lakukan kepadaku di bawah sadarmu..

Belum puaskah dirimu..?

Lihat Aku dari Sana

12-12-2009..
Aku mengarungi setiap jengkal dimana kekasihku dulu menemui maut..
Dimana ia dengan lincahnya mengarungi keharibaanNya..
Mengingatkanku kembali, betapa aku sangat mencintainya..
Sangat mengharapkan kepulangannya..
Aku merindukan kesederhanaan yang selalu ia bawa dalam pesonanya..
Aku merindukan senyum yang selalu hiasi kokoh wibawanya..
Aku merindukan bagaimana ia memperlakukanku dengan begitu baik..
Aku.. Tanpanya.. Hampa..
Tak pernah ku terusik dengan kehadiran beberapa dewa-dewa baru dalam hidupku..
Tak pernah ku merasa terganggu..
Dan tak pernah cintaku padanya berkurang sejengkalpun..
Disini.. Tempatnya terakhir bernafas..
Disini.. Tempatku memulai berdiri..
Disini.. Tempat hidupnya berakhir..
Disini.. Tempat hidupku dimulai..

... Lihat aku disini, dari langit tempatmu terjaga sekarang
Lihat, aku bisa tegar seperti pesanmu dahulu..
Lihat, aku tak lagi menangis setiap hari seperti dahulu..
Lihat, aku bisa menyembunyikan sakitku..
Lihat, aku bisa tertawa dimana saja..
Lihat, ketegaranku melawan segala yang menghalau tapak kaki kecilku..
Ini semua karena tulusmu yang pernah menjadi guru sejati dalam hidupku..

Ku tlah membuka hatiku untuk kehadiran seorang pangeran..
Ku tlah siap membuka lembaran hidup yang baru..
Lembaran yang terang.. Berharap tak lagi ada kelam yang selimutiku..
Dengan hadirmu, aku mengerti..
Ternyata masih ada ketulusan yang seperti ini, dan ternyata aku masih bisa setulus ini..
Mereka yang datang dan pergi dalam hidupku, hanya mampu meninggalkan kenangan pahit..
Karena hanya kelakar yang mereka minta, bukan kasih..
Tapi.. Kau..
Kau tidak hanya meninggalkan sejuta macam kenangan..
Kau juga mampu membuatku berdoa agar kebersamaan denganmu tak lekang di telan esok hari..
Ku di dunia.. Dan kau di atas langit..
Hati kita telah terikat..
Sekalipun ku mencinta dengan yang lain dari duniaku..
Rinai abadiku untukmu takkan hilang..
Sekalipun kau tak lagi di sisiku..
Aku 'kan tetap tegak mengarungi hidupku..
Takkan berhenti aku menjalani selama seluruh raga masih dapat bergerak..

Sekalipun sakit menghantam setiap puing-puing sel dan aliran darahku..
Ku takkan menyerah sampai titik terakhir hidupku..Karena ku tlah mengabdikan seluruh cinta yang kumiliki kepadamu..

Terimakasih karena kau selalu menjadi penyemangat di setiap langkahku..
Terimakasih karena kau selalu menjadi jawaban di setiap keputusanku..
Terimakasih karena kau selalu menjadi malaikat terindah di setiap jengkal kehidupanku..

I have been loving you.. And will always love you..
Forever and ever..

Dunia Gadis Itu

Mendayung sampai hulu..
Mendaki sampai puncak..
Dan mengayuh sampai batasnya..

Dan senyum hiasi peluhnya..
Berkilauan..
Terangi hati yang gundah..

Tak pernah berhenti..
Dirinya menggapai mimpinya..
Seakan hidupnya adalah pengabdian..
Dan itulah adanya..

Ia beranjak dewasa..
Jati diri dan keteguhan hati..
Oh.. betapa tegar hatinya..
Seorang gadis istimewa..
Entah siapa cinta miliknya..
Yang dicari dengan begitu gigih..
Apakah cintanya seorang Pangeran..
Atau hanya cinta semu tanpa arti..

Entahlah..
Gadis itu membuka mata hatinya..
Untuk dunia yang tak dimengerti..
Karena dunia adalah miliknya..
Dimana hanya ada keceriaan dan cinta..
Dimana hanya ada kepercayaan dan janji..
Dimana takkan ada akhir tuk perjalanannya..

Dhruva

Berdiri ku dibawah langit berbintang..
Serbuk dibawah hamparannya..
Memberi kelembutan pada sanubariku..
Sejuk hawa sertai belainya..
Terang cahaya di ufuk selatan..
Mengetuk hatiku 'tuk menerka..
Siapa gerangan di balik sinarnya..
Jikalah malaikat nan rupawan yang ada..
Ku tak 'kan berhenti mengarungi malam..
Hanya untuk nikmati sinarnya..
Terang yang lembut dan damai..
Menjalari naungan nadiku..
Senyum hangat hiasi kerlingnya..
Berkedip penuh kebahagiaan..
Andai ia kekasihku..
Takkan ada gelap hantui jiwa..
Disinarinya selalu lingkungan yang ku jamah..
Tapi, bukan..
Dia adalah malaikatku..
Malaikat yang hanya milikku..

Deru yang Menyenangkan

Jutaan kelakar tertumpah hari ini..
Dengan tingkah-tingkah riang tanpa batas.. Kami tertawa dari berangkat sampai pulang..
Bahagia.. Sejenak, aku dapat melupakan segala yang menyakitkan..

Ketersejenakan yang menyenangkan..

Perjalanan ini, sama saja dengan aku pulang ke kotaku..
Kota yang telah ku tinggalkan..
Bertemu kawan-kawan lama.. Kenangan-kenangan lama yang membekas hangat di otakku..

Hahahahaha, kupuaskan segalanya hari ini..
Segala kegilaan, kulontarkan tanpa ampun..
Tertawa, tertawa, dan tertawa..
Beraksi dengan kebebasan yang meraja..
Dekati kedamaian yang akan ku jamah..
Berekspresi sesuka hati.. Berkata seriang mungkin, bertingkah penuh kebebasan..
Tanpa peduli apa kata orang..
Biarlah ku acuhkan apa kata mereka, biarlah ku tak peduli akan dunia yang berputar, biarlah aku berbahagia untukku sendiri..

Hanya untuk hari ini saja..
Hanya untuk hari yang indah ini..
Taman demi taman kami singgahi..
Kami abadikan setiap sudut indahnya..
Sehingga akhirnya tuan lelah memanggil kami..

Kami beranjak meninggalkan hingar bingar kota metropolitan dan kembali ke kota kecil kami yang tenang..
Nafas terhembus seiring ku benar-benar meninggalkan ngarai kota ini..
Memori ramainya akan kuingat selama ku masih bisa mengingat..
Dan dengan diam dalam gelap.. Aku berkata..
Malang.. Aku datang..

Dan

Dan sampai hari inipun.. Aku menghembuskan nafas yang sama..
Nafas beraromakan hampa..

Pandangan kosong.. Seakan ada nanar fatamorgana..

Di persimpangan itu, cintaku berlabuh..
Namun tak terejawantah sosoknya..
Dan aku mencintainya..
Bayang semu yang redup..
Tapi terang dengan cintanya..
Jarang hadiri mimpiku..
Tapi kental dalam ingatku..
Beriring dengan hari yang kemarau..
Terlelap dalam malam yang temaram..

Dan bila esok dunia tak lagi jadi milikku..
Aku harap cintaku.. Dapat terus hidup wakili jiwaku..
Untukku menjaga langkah-langkahnya..
Agar tetap gagah berpijak diatas segalanya..
Bersama dengan segenap jiwa-jiwa kecil..
Yang telah kutinggalkan untuknya..

Bintang (the song by Ciquita)

Kau tersenyum..
Memberiku harap dalam kelam..
Kau bersinar..
Menyapaku yang tertunduk muram..

Bintang..
Sinarmu..
Bagai serbuk emas..
Berjatuhan diatas mahkotaku..

Indah..
Senyummu..
Membuat diriku..
Tak dapat menyangkal cinta untukmu..


Bintang..
Sinarilah hatiku..
Hari indahku..
Beku jiwaku..
Dengan ketulusan..
Sinar nurani..
Walau..
Ku 'tak dapat menyentuh..
Mendekap hangat yang melindungi..
Segenap asa yang t'lah kau miliki..

Karna, Bintang..
Hati kita..
T'lah melebur jadi satu..

Aku, Kau, dan Mereka

Mereka berlarian di ujung cakrawala..
Membentangkan tangan lebar-lebar..
Membusungkan dada..
Dan menghembuskan nafas kuat-kuat..
Bukan untuk kesombongan..
Tapi itu pertanda mereka t'lah lelah..
Sehari, seminggu, bahkan sebulan..
Mengemis harta untuk hidup..B
ukan hal yang mudah 'tuk di terima..
Dengan lapang dada mereka mencari..
Tak peduli tatapan enggan..
Mereka tetap bernafas dan berlari..
Kadang ada gelak tawa..
Dan tak jarang menangis..
Betapa mulia hidup mereka di dunia..
Namun tak seorangpun mengerti..
Bahwa sebenar jiwaku, kau, dan mereka..
Adalah suatu bagian yang utuh..
Kau dan mereka tak juga menyadari..
Si Kaya adalah saudara Si Miskin..
Si Miskin sanak Si Kaya..
Entah sampai kapan..
Ironi ini terus bergulir..
Tanpa ada kepastian 'tuk menghentikannya..

Kecuali dengan tangan kita sendiri..

Selasa, 02 Maret 2010

Peleburan Nocturnal dan Insomnia

Berawal dari sebuah tragedi
Dimana para manusia berjalan berirama untuk menyakiti
Menyakiti lemahku yang kosong akan cinta
Manusia-manusia itu mengisinya dengan kebahagiaan sesaat
Bukan untuk membahagiakanku
Tapi untuk mengejekku dan membahagiakan mereka

Keterpurukan membakar bara amarahku
Dan aku hanya diam dengan penghinaan itu
Aku bangkit lagi dengan 1 keyakinan yang mampu membuat semesta alasan untuk sembuhku
Dan ditengah-tengah kesembuhanku dari patah hati
Tanpa sengaja aku melihat 1 titik yang penuh dengan bingar tawa
Disanalah aku bertemu dia

Ia angkuh dengan sarkasme yang ku acuhkan
Ia diam dengan sinisme yang ku abaikan
Saat itu, aku tak peduli dia
Dan aku tidak benci dia. Biasa saja.
Ia tak memberi pengaruh apapun pada hidupku
Karena memang saat itu,ia tak berarti untukku

Dalam hiruk pikuk jelaga malam
Aku bertemu dia lagi
Ada cair yang beku
Saat menemukan 1 alasan bahwa kami adalah sama

Buah itu,
Dan makhluk itu
Buah yang tajam di permukaannya
Dan makhluk yang tajam dengan seringainya
Tajam itu melembutkan jiwa kami
Mencairkan kebekuan yang lama memagari tiap sapaanku untuknya

Perlahan, binar tawanya mulai kujamah
Aku terkesima.. Menyadari bahwa ternyata aku dapat membuatnya tertawa
Dan tawa itulah yang membuka jalan lapang menuju hati
Tiada hari tanpa tawa
Karena kami adalah sama
Namun prahara itu datang...

Di hari bergantinya umurku, hatiku dimiliki oleh seseorang
Namun tidak dengan jiwaku
Aku berjalan dengan hati itu, namun jiwaku tetap tertuju padanya
Ia menghilang dari arah pandangku
Aku terluka saat ia pergi
Jiwanya kembali dengan sebongkah rindu yang ia beri

18 Februari 2010,
Aku melepas hati itu untuk mengabdikan jiwaku padanya
Aku menerjang badai dan jurang terjal tanpa peduli
Untuk menemukan jiwanya kembali, untuk melengkapi bagian hidupnya
Dan pada akhirnya, aku menyadari bahwa kami bukanlah sama
Tetapi, kami adalah perbedaan yang sama

Ya, kami adalah perbedaan yang sama
Ia skate, aku sketch
Ia papan skate, aku papan sketch
Ia boardslide, aku board and slide
Ia melaju, aku menggambar
Ia melompat, aku mewarna

Perbedaan kami melengkapi satu sama lain
Laksana langit dan samudera yang berbeda bentuk
Tapi sama-sama berwarna biru
Kadang langit dapat menyerupai samudera
Kadang samudera dapat menyerupai langit
Itulah tendensi untuk peleburan yang kami saputkan

Senantiasa terjaga di malam hari
Merangkai untaian lentera hati untuk menerangi jiwa kami
Dengan cerah nocturnalku dan gelap insomnianya,
Kami menciptakan pagi ditengah pekat malam

Aku bersedia belajar mencintai keseluruhan dirinya,
Aku bersedia menorehkan warna terang dalam hatinya,
Aku bersedia mengisi rentan jiwa sepinya dengan lembut helaiku,
Karena AKU adalah DIA